A Brief History of Human Pandemics, A Lot of Questions about the Future
"If there is something in the past that must be changed so that there are no crises and pandemics in the present and the future as well, maybe it is the food system that we already have created and ruined ourselves"
They say that there's no better teacher than history in determining the future. That's why cara terbaik agar sesuatu yang buruk tidak terulang di masa depan adalah dengan mempelajari masa lalu, learning from the past. Begitu juga jika dikaitkan dengan wabah Corona kali ini, it's certainly not the first pandemic we have right? Maka baiknya, sebelum kita bertanya bagaimana agar pandemi tidak terulang di masa depan, terlebih dahulu kita menanyakan satu hal:
“Di masa lalu, apa yang pendahulu kita perbuat
sehingga wabah demi wabah bermunculan?”
A. A brief history of pandemics
Manusia, sejak beberadaan awalnya di bumi, belum
pernah terjangkit suatu wabah atau epidemi yang berbahaya. Namun, semua berubah
semenjak negara api menyerang *eh ngga deng candaπ. Semua berubah semenjak
manusia mulai mendomestikasi hewan alias berternak hewan π―. Sekitar 10.000 tahun yang lalu, manusia
mulai membawa hewan dari kehidupannya yang liar ke kehidupan sehari-hari
manusia. Terjadi perubahan signifikan dari food gathering menjadi food
producing. Manusia mulai berternak hewan. Lalu apa yang manusia dapatkan?
"Manusia mendapatkan daging, telur, susu dan banyak hal
lainnya tetapi satu yang kerap kali terlupa, mereka juga mendapatkan bibit
penyakit."
Yuval Noah Harari dalam bukunya Sapiens: Brief
History of Humankind menjelaskan bahwa ketika revolusi pertanian dimulai
sekitar 9500-8500 SM, manusia mulai tinggal menetap, bercocok tanam, dan
berternak. Mulai saat itu, sebenarnya sebagian penyakit menular mulai menyerang
masyarakat petani, dikarenakan hewan yang mereka domestikasi. [1]
Dr. Michael Greger, seorang dokter medis fungsional
berkebangsaan Amerika Serikat dan penulis buku How Not to Die, dalam
siarannya bertema Pandemic: History and Prevention menjelaskan bahwa
ketika manusia membudidayakan sapi dan domba, mereka juga membudidayakan virus Rinderpest,
penyebab wabah Measles (campak).[2]
Begitu juga dengan unta yang membawa virus Smallpox (cacar). Babi
membawa virus penyebab batuk rejan. Manusia memburu apes untuk dimakan,
mereka mendapat wabah Ebola. Manusia berternak ayam, mereka mendapat
demam typhoid dan typhoid mary. Manusia menternakkan bebek, dan
mendapat influenza.
Lah? Terus manusia gaboleh berternak dan makan hewan
gitu?
Engga gitu juga. Kita itu ngga salah kok makan hewan. Cuman kadang manusia makan hewan yang salah dan kita memperlakukan hewan secara salah.ππ
Kita, manusia, berternak unggas secara intensif, lalu
kita mendapat wabah influenza dan flu burung, penyakit dengan jumlah korban
terbanyak di dunia. The world got Influenza A H1N1 virus penyebab Spanish
flu yang menewaskan 40 juta jiwa di tahun 1918. Humans got H2N2, H3N2, H5N1, H7N7, H7N3, dan H7N1 Virus. Virus flu burung di Virginia tahun 2002
menyebabkan 4 juta unggas di pabrik peternakan mati. π
| Unfortunately, we always take any warning for granted. hmmπ |
Kita, manusia, jelas mengubah cara hewan hidup. Kita memburu yang seharusnya tidak kita buru. Kita mengubah cara kita berternak, bahkan memperburuknya. Mari sejenak melihat peternakan-peternakan unggas di Cina dan USA. Disana, 10 juta ayam dimasukkan dalam 1 kandang yang terlihat kecil jika harus diisi 10 juta ayam.π’
Waduh ayamnya kok ga ikut physical distancing yaa?π Apa itu tidak menimbulkan masalah? Eits.. tunggu dulu! Professor Earl Brown
menyatakan bahwa peternakan ayam dengan kepadatan tinggi adalah penyebab
berkembangnya virus Avian Influenza dengan tingkat infeksi yang tinggi dengan
sangat cepat☹.[3]
Kalau virus Corona SARS, dalam sejarahnya ia disebabkan
oleh hewan kelelawar liar yang diperjual-belikan di pasar Cina. Ada yang
diperjual belikan hidup-hidup, ada yang sudah diolah siap santap, lalu
ketularan deh. Lagi-lagi manusia merubah cara hewan hidup. Wildlife trade kok
kayanya udah biasa ya disana. Hmm. Kok risk taker banget yaa manusia ini. Suka banget
sama hewan liar, padahal hewan yang jujur kan masih banyak. ππ
| Waduh ternyata tahun 2007 sudah diperingatkan kalau kebiasaan makan exotic mammals in Southern China bisa berujung bencana. |
Lalu apakah ini? Alam seakan memberitahu bahwa
mungkin ada yang salah dengan cara produksi dan konsumsi makanan kita sehingga
wabah demi wabah muncul dan menyebar. .
B. Our Food Diet
Coba kita Kembali ke quotes di awal artikel tadi…
“Jika ada sesuatu di masa lalu yang harus diubah dan
diperbaiki agar tidak terjadi krisis dan pandemi di masa kini dan mendatang,
mungkin sesuatu itu adalah sistem pangan yang kita buat dan kita
kacaukan sendiri”
….
Yaa sudah begitu dulu yaa hehe. Artikelnya biar
gantung saja. Artikel i yang asli jumlah katanya 2666, terlalu panjang kalau i tulis sini. Biar
jadi pertanyaan di benak pembaca ada apa sih sama sistem pangan or food system kita? Apa
hubungannya sama pandemi? Apa mungkin pandemi tidak terulang kalau sistem pangan
kita terus-terusan begini? Is the worst yet to come? Yaudah gapapa biar
kaya judulnya “A lot of questions to the future”. heheππ
Yasudah happy questioning! It’s not merely my job to
answer those questions. It’s ours. π
Terima kasih! Salam sehat!π
[1] Yuval Noah Harari,
Sapiens: A Brief History of Humankind (Toronto: Signal,2014), hal. 59
[2] Dr. Michael Greger on
NutritionFacts,org Youtube Chanel, Pandemics: History and Prevention, (https://youtu.be/7_ppXSABYLY)
[3] GRAIN, “Fowl Play: The Poultry Industry’s Central Role in the Bird Flu
Crisis”, http://www.grain.org/briefings/?id=194
(diakses pada 4 Mei 2020, pukul 16:27)


Comments
Post a Comment