When Economics Meets Biology: Can They be Friends?

Notes: Written in January 2020, this is a personal opinion piece with preliminary data, not an academic journal article.



I could not think of more honest words that came after I wrote my first sentence, but I use a lot of scientific proved references to write this. It's a very long article but I'm glad, I would be glad if you tell me what your thoughts after you finish this exhausting reading. Thank you. :)

Di dunia ini ada banyak hal yang tak bisa berjalan beriringan. Misalnya saja 2 hal yang sama-sama sedang i pelajari sekarang. Di satu sisi ketika i belajar tentang ekonomi dan investasi, dalam mencermati laporan keuangan sebuah perusahaan contohnya, jika i hanya dibolehkan meminta 1% saja data yang ada dalam lapkeu tersebut, pasti saya meminta informasi tentang laba perusahaan. Iya laba. Lah kenapa?



“As Peter Lynch puts it, If you can follow only one bit of data, follow the earnings. 
Jika kamu hanya dapat mengikuti 1 jenis informasi mengenai perusahaan, ikuti data tetang labanya” 

Nah, ketika seorang Peter Lynch yang merupakan hedge fund manager tersohor saja berkata sedemikian rupa lalu sebegitukah pentingnya laba perusahaan sehingga kita dapat mengesampingkan data dan fakta lainnya? Entahlah.

Di sisi yang lain, ketika saya belajar tentang biologi, khususnya holistic medicine and healthcare (kesehatan dan pengobatan holistik), saya mempunyai tanda tanya yang besar jika dihubungkan dengan subjek yang saya pelajari sebelumnya. 

"Mengapa dunia kesehatan holistik begitu tidak suka dengan corporate? Mengapa mereka tidak suka dengan industri makanan olahan, farmasi, dan obat-obatan yang menyumbang besar GDP (Produk Domestik Bruto) negara Indonesia dan tentu saja merupakan roda penggerak ekonomi negara ini?"

 Kenapa coba kenapa? Padahal umumnya dunia kesehatan dan farmasi itu tak terpisahkan loh. Nah loh.:(



Sebelumnya akan saya jelaskan dulu apa itu dunia kesehatan holistik, entah itu kedokteran holistik maupun pengobatan holistik modern. Kalau boleh saya sebut, dunia kesehatan holistik inilah dunia kesehatan yang sebenarnya. Dokternya dinamakan dengan dokter fungsional atau functional medicine doctor, berbeda dengan dokter-dokter yang umumnya kita temui di sekitar kita, mereka adalah dokter konvensional atau conventional doctor. Functional medicine doctor berfokus pada pencegahan dan pengobatan chronic disease (penyakit kronis) dan penyakit lainnya dengan cara-cara yang alami, natural tanpa obat-obatan kimia seperti mengubah pola makan dan memperbaiki asupan nutrisi dan menerapkan plant based food diet (pola makan berbasis tumbuhan) dsb. Functional Doctor juga berfokus pada akar masalah kenapa suatu penyakit bisa muncul sehingga mereka bisa melakukan pencegahan di kemudian hari.



Ketika saya mempelajari keduanya, dunia korporasi dan dunia kesehatan holistik, rupanya hubungan mereka tidak baik-baik saja. Sangat tidak baik-baik saja, apalagi berdasar sudut pandang dunia kesehatan holistik. Dalam sejumlah buku, How Not to Die karya Dr, Michael Greger, maupun Don’t Drink Your Milk karya Frank Oski, dan Lost Connection karya Johann Hari, kita disuguhkan fakta-fakta yang mengagetkan dan mencengangkan tentang industri makanan dan minuman olahan, farmasi, obat-obat an dan dunia kesehatan yang sejak sekian lama dibolak-balikkan faktanya. Rasa-rasanya kesehatan manusia dipermainkan demi sebuah laba. Terdengar keras, tetapi saya kira statement tersebut bakal muncul setelah teman-teman membaca ketiga buku tersebut. 


Sebut saja susu sapi, berapa dari kita yang sadar bahwa susu sapi ternyata tidaklah semenyehatkan yang dikira lho. Susu sapi memang baik, tapi baik untuk anak sapi hehe💔. Semua fakta tertulis di buku How Not to Die dan Don’t Drink Your Milk. Fakta tentang bagaimana industri susu sapi di Amerika yang dimanfaatkan untuk menyokong pendanaan pemilu 1 dari 7 anggota parlemen disana juga cukup mengecewakan. Fakta bahwa susu sapi merupakan salah satu inflamatory food dan fakta mengejutkan lainnya.
Saya jadi bertanya-tanya bagiamana susu sapi bisa masuk 4 sehat 5 sempurna sii:( Kalau susu yang dari nabati misal susu keledai, susu almond, it's okay yaa.. tapi kalau susu sapi:(

Tapi untungnya saya tau fakta tentang susu sapi baru-baru ini si ketika ibu saya tiba-tiba bilang kalau saya lebih baik jangan minum susu sapi dan makan dairy food banyak", jadi kan dulu" dan kemaren" aku masih punya kesempatan minum susu sapi merk U*** yang enak bgt itu tanpa guilty pleasure wkwk:(  

Sekarang, jika susu sapi saja ternyata aslinya begitu dan dibegitukan, waduh dibegitukan gimana tuh, lalu bagaimana dengan industri minuman instan lainnya. Bagaimana dengan industri makanan olahan lainnya? Bagaimana dengan tepung gandum (gluten) yang hampir ada di setiap jenis olahan makanan dan jajanan? Lebih sedikit mengonsumsinya lebih baik, singkatnya. Alternatifnya? Ada tepung beras dll.
Lalu bagaimana dengan gula pasir? Ahh jangan ditanya lagi, lebih minim mengonsumsinya lebih baik jadinya. Dan juga ada alternative lain seperti gula jawa yang better than gula pasir. Nah terus nasi putih juga gimana? Waduh, saya juga menyarankan temen" agar mulai melirik-lirik dan mencoba-coba nasi yang lain deh. hehehe. Nasi merah misalnya. Jadi engga nasi putih melulu. Hihihi
Lalu bagaimana dengan boba? Hmm saya tidak berkomentar deh..hehe


Dan ternyata dunia farmasi juga tak kalah mengagetkannya. Dalam buku Lost Connection dan How not to die dijelaskan tentang banyaknya fakta-fakta yang terkubur dan diputar balikkan dalam dunia medikal dan farmasi. (Mau tak jelasin tapi artikel i dah kebanyakan nih😅 Makanya dokter fungsional-holistik berusaha sekuat tenaga tidak menggunakan obat-obatan buatan pabrik gaes karena mereka tau persis bagaimana permainan-permainan yang ada dibelakangnya. Yaa engga semuanya dipermainkan dan diputar-balikkan sii kan obat yaa tetep dibutuhkan..tapi tetep ada lah. ada.. namanya juga dunia panggung sandiwara. jiahhh


Padahal nih, jika ditelisik dari sisi ekonomi, industri-industri above adalah industri yang potensial dan menghasilkan semua. Dalam dunia investasi, farmasi dan obat-obatan merupakan salah satu sektor yang defensive dan mumpuni. Bahkan dalam cakupan ekonomi negara, industri kimia dan farmasi menyumbang 1,84% dari keseluruhan PDB Indonesia tahun 2018. Belum lagi tenaga kerja yang diserap oleh perusahaan-perusahaan farmasi. Selain itu , industri makanan dan minuman juga menyumbang 6,35% terhadap PDB nasional di tahun 2019 (CNBC). Angka yang fantastis dimana pertumbuhannya saja melebihi angka pertumbuhan industri nasional, yang tentu saja berpengaruh pada economic growth sebuah negara.  Mereka adalah pahlawan SGD 30 karena economic growth menjadi salah satu tujuan utama dalam SGD 30.  Jika ditanya PDB itu apa? PDB itu kekayaan sebuah negara, singkatnya. 




Namun dunia kesehatan holistik memandang bahwa sistem dan industri makanan kita yang terlalu serba prosesan dan instan ini, apalagi ditambah dengan konsumsi yang berlebih, pasti tidak baik bagi kesehatan. Tidak sedikit doktor fungsional yang menyatakan bahwa sumber utama penyakit kronis adalah pola makan yang salah. Mereka mati-matian mengkampanyekan pola makan (diet) sehat yang benar-benar sehat. Nah, para tenaga dan praktisi kesehatan fungsional ini juga merupakan pahlawan SGD 30 dengan mengutamakan Health and Well Being sebagai tujuan utama mereka

Sekarang coba kalau kita lihat lagi dari sisi ekonomi, dari sisi economic growth. Bayangkan kalau industri makanan dan minuman olahan instan dan sejenisnya sepi peminat atau bahkan mulai tidak laku, tidak terbayang kan bagaimana terpuruknya perekonomian negara? Padahal industri makanan minuman dan farmasi nyumbang PDB segitu persen dan banyak menyerap tenaga kerja,


Jadi pertanyaannya sekarang adalah "Apakah economic growth dan Health and Well being yang digadang-gadang jadi tujuan utama dalam SGD 30 dapat berjalan beriringan? Apakah kedua subjek yang sedang saya pelajari ini bisa jadi teman, barang sejenak?"

Iya benar economic growth tidak ditunjang dari satu sisi saja, tetapi industri makanan dan minuman really have big influence broo.. Dan pertanyaan ini tentu saja tidak akan terjawab dengan mudah.
Perlambatan dan keterpurukan ekonomi itu bukanlah sesuatu yang bisa di taken for granted atau disepelekan, apalagi manusia, kesehatan manusia. Jika misal saja masyarakat terus menerus mengonsumsi makanan pabrikan dan olahan yang notabene nya sangat tidak disukai oleh dunia kesehatan holistik, dalam jangka panjang, apakah tingkat health dan well being masyarakat juga tetap meningkat? Sedangkan kita juga tidak bisa menutup mata pada fakta bahwa food affects everything.

Food affects our brain, our body, our thinking, our health and everything as well. 

Sebenarnya singkatnya, we go straight to the conclusion, yang namanya produk makanan olahan yang serba instan, tidak ada yang 100% sehat sii. Tapi yaa gimana lagi, makanan-makanan instan dan fast food sangat menggoda dan mereka ada dimana-mana:( Menghindari 100% itu kaya ngga mungkin si, tapi at least kita bisa mengurangi lah. hehe. Misal yang dulu makan mie instan hampir setiap hari dikurangi jadi seminggu sekali. Yang sudah seminggu sekali jadi sebulan 2x. Begitu juga dengan susu sapi dan produk dairy food, kita mungkin belum bisa menghindarinya tapi mungkin kita bisa mengurangi konsumsinya. Kalau begini namanya cheating meal sih, sesekali kita makan dan minum yang begituan, yang penting ga sering-sering. Yakan..hehe 

Everything needs process. Ibaratnya hidup harus diisi dengan hitam dan putih tidak boleh salah satunya saja hehe, nanti ndak njomplang. Begitu juga dengan obat-obat an kimia, in some urgent cases, saat sakit tertentu, kita ngga memungkiri kalau kita juga harus meminumnya. Tapiii setelah tau ternyata faktanya gini dan gitu, kita bisa, at least, menguranginya lah. hehe.

Selain mengurangi tentu saja mengimbangi. Dengan apa? Yaa pasti dengan banyak makan makanan yang alami dari alam. Misal sayur dan buah-buahan. Kalau saya lihat banyak temen-temen saya yang belum bisa menyukai buah dan sayur padahal itu manfaatnya luar biasa lho:( yukk coba:(. Mereka itu real food yang disediakan oleh Tuhan untuk kita, Dan Tuhan pasti selalu memberi kan yang terbaik bagi hamba-Nya. Betul kan..




“Dokter di masa depan tidak lagi memberi pasiennya obat-obatan, melainkan mengobati dan mencegah penyakit dengan pola makan dan nutrisi yang benar dan baik.”

Quote often attributed to Edison; exact source unverified.


Aamiin. semoga.









Comments